Jumat, 30 November 2012

Education for Sustainability Development

Sustainability.
Atau dalam bahasa Indonesia-nya adalah “keberlanjutan”. Kira-kira apa yang terlintas ketika mendengar kata tersebut. Sesuatu yang terus-menerus, berkesinambungan, tidak pernah berhenti, tidak hanya sampai di sini, dan lain-lain lagi.
Jawaban-jawaban itu muncul dari mulut para relawan edukasi kreatif Sahabat Kota yang rencananya akan dimulai minggu depan di dua sekolah percontohan di Bandung.
Antusiasme para relawan tersebut muncul karena rasa penasaran tentang apa yang dimaksud dengan ESD, Education for Sustainable Development atau Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Lalu apa hubungannya ESD dengan Pendidikan Lingkungan yang sudah lebih dulu banyak dipraktekkan di sekolah-sekolah sebagai muatan lokal.
Untuk menjawab semua itu, terlebih dulu para relawan memainkan sebuah permainan yang biasa disebut dengan permainan Desa Nelayan.
Tentang permainan ini bisa dilihat di sini.
Saat melakukan permainan tersebut, para relawan merasakan sebuah situasi yang bisa disebut tidak berkelanjutan. Permainan baru berjalan setengah, mereka harus menyudahinya karena tidak ada lagi ikan yang bisa mereka pancing karena sudah habis.
Ketika ditanya, apa yang menyebabkan ikan-ikan itu habis, masing-masing berpendapat.
  • Karena rakus
  • Antar desanya tidak koordinasi
  • Tiap desa tidak bijak dan taktis terhadap sumber daya
  • Tidak menerapkan strategi bersama
Dari permainan tersebut ternyata ada 3 elemen yang sangat mempengaruhi satu sama lain. Yaitu sumber daya alam berupa ikan, ekonomi berupa mata pencaharian, dan komunitas sosial yaitu desa-desa yang terlibat di dalamnya.
sustain
Ternyata dalam sebuah keberlanjutan, ketiga faktor itu harus bisa bersinergi satu sama lain dan saling menguntungkan.
Mengutip sebuah pernyataan berikut:
- Tanpa sistem alam yang berfungsi, semuanya akan kolaps
- Tanpa sistem ekonomi yang berfungsi, masyarakat tidak akan maju
- Tanpa sistem sosial yang berfungsi, orang-orang tidak akan berkembang
Sedangkan “pembangunan” tentunya adalah sebuah upaya manusia untuk berubah (ke arah yang lebih baik). Aspek-aspek pembangunan tentunya banyak sekali, bukan sekedar gedung-gedung yang semakin banyak, tapi juga pembangunan dalam bidang pengetahuan manusia, kesehatan, kesejahteraan, technology dan lain-lain.
Jadi ketika kita berbicara tentang apa itu “Pembangunan Berkelanjutannya” tentunya kita semua sedang membicarakan sebuah masa depan dimana pembangunan yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan masa kini tanpa menghilangkan kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya di masa mereka sendiri.
Bukankah Pendidikan Lingkungan juga sudah cukup?
ESD pada awalnya memang berkembang dari pendidikan lingkungan. Namun aspek lingkungan saja tidaklah cukup untuk menyelamatkan bumi di kemudian hari. Banyak faktor-faktor yang terkait di dalamnya, misal ketika semakin banyak orang yang memiliki kendaraan pribadi maka permasalahan yang muncul adalah polusi yang semakin bertambah, global warming, sumber daya habis. Sedangkan dari sudut ESD hal itu tidak berhenti di situ saja, kendaraan umum akan semakin sepi, pengangguran meningkat, pengusaha jasa transportasi gulung tikar, akan muncul bangunan baru untuk memenuhi parkir kendaraan tersebut, polisi harus ditambah armadanya karena jalanan semakin semrawut, kesehatan warga semakin kritis dan lain-lain. Bahkan bisa saja muncul gejala dan tingkah laku manusia yang baru yaitu yang doyan membunyikan klakson dan membuat pejalan kaki merasa tidak nyaman.
ESD adalah sebuah proses belajar (atau pendekatan pengajaran) berdasarkan cita-cita dan prinsip-prinsip yang mendasari keberlanjutan untuk mendorong orang, dalam mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan sehingga dapat membuat keputusan dan untuk bertindak berdasarkan keputusan tersebut.
ESD bukanlah sekedar transfer informasi seperti model pendidikan kita saat ini dimana tenaga ahli dan peneliti memberikan informasi kepada tenaga pengajar yaitu guru, kemudian guru memberikan informasi lagi kepada muridnya yang dianggapnya masih kosong dalam pengetahuan.
Sedangkan ESD adalah transformasi pendidikan. Dimana pembelajar dan pembelajar (fasilitator) berada dalam kedudukan yang sama, sehingga tercipta partisipasi dari keduanya untuk sebuah perubahan sosial.
Sahabat Kota adalah sebuah komunitas pendidikan alternatif yang diperuntukkan bagi kaum muda di kota. Program Edukasi Kreatif adalah Kegiatan school visit yang mendidik dan menyenangkan, berusaha meningkatkan kreativitas, membuka wawasan serta meningkatkan kepedulian. Menyasar pada anak-anak usia SD.
Program Edukasi Kreatif sendiri akan dilaksanakan pada bulan April selama tiga kali kunjungan kepada dua sekolah yaitu SD Negeri Plesiran dan SD Negeri Neglasari dengan paket materi yang berbeda yaitu,
1. Paket Makanan
2. Paket Air
3. Paket Peta Hijau Lingkunganku
Setiap materi tersebut akan dilaksanakan tidak hanya dalam ruang kelas, tapi juga menelusuri lingkungan sekitar seperti darimana asal usul makanan dan juga air, menonton film, praktek sains dan permainan peran menjadi detektif cilik untuk mengungkap hal-hal yang selama ini luput dari perhatian mereka.
Tentunya harapan dari kegiatan ini adalah pemahaman dari adik-adik tentang makanan atau minuman yang mereka peroleh ternyata melibatkan proses yang sangat panjang dan melibatkan beberapa pihak yang terkait. Dan dari situ mereka akan enggan untuk menyia-nyiakan semua itu dan lebih arif lagi terhadap lingkungan di sekelilingnya.

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar